Rabu, 23 Oktober 2013

NABI ISA ALAIHISSALAM TIDAK PERNAH DISALIB





Allah SWT berfirman :
 
Dan karena ucapan mereka (orang-orang Yahudi): Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)



Para pembaca, sangatlah pantas jika orang-orang Yahudi adalah sekelompok manusia yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala. Perangainya yang licik dan perilakunya yang jahat menjadikan mereka sebagai umat yang hina dan rendah. Banyak ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan tentang watak dan sepak terjang Yahudi yang tercela ini.
Di antara kejahatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah upaya pembunuhan terhadap salah satu nabi utusan Allah subhanahu wata’ala yang mulia, yaitu Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam, setelah sebelumnya mereka dengki kepada beliau, mendustakan, dan tidak mau beriman kepada beliau. Begitulah Yahudi, membunuh nabi merupakan sifat dan kebiasaan mereka sejak dahulu. Kalau para nabi saja mereka bunuh, maka tentu menumpahkan darah kaum muslimin secara umum merupakan perbuatan yang lebih ringan lagi bagi mereka. Sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian orang-orang Yahudi di masa kini dengan mudahnya melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara kita kaum muslimin di Palestina dan di negeri-negeri lainnya.
Orang-orang Yahudi mengklaim telah berhasil membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam. Namun ayat 157 surah An-Nisa’ ini membantah pengakuan mereka itu. Allah subhanahu wata’ala menjaga dan melindungi Nabi Isa ‘alaihissalam dari makar jahat mereka. Allah subhanahu wata’ala tidak membiarkan jiwa dan darah Nabi-Nya yang suci itu terkotori oleh tangan-tangan najis orang-orang Yahudi.
Peristiwa Penyaliban Itu                           
Dalam tafsirnya, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa di antara kisah mengenai orang-­orang Yahudi -semoga laknat Allah subhanahu wata’ala, kemurkaan, kemarahan, dan adzab-Nya selalu menimpa mereka- adalah tatkala Allah subhanahu wata’ala mengutus Isa bin Maryam ‘alaihissalamdengan membawa bukti-­bukti (kebenaran risalah-Nya) yang nyata dan petunjuk, mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepadanya karena beliau telah dikaruniai oleh Allah subhanahu wata’ala berupa risalah kenabian dan berbagai mukjizat yang nyata. Di antara mukjizatnya adalah dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang terkena penyakit sopak (penyakit belang pada kulit), menghidupkan kembali orang yang telah mati dengan izin Allah subhanahu wata’ala, mampu membuat patung seekor burung dari tanah liat lalu ia meniupnya dan jadilah patung itu burung sungguhan dan dapat terbang dengan disaksikan oleh banyak orang dengan seizin Allah subhanahu wata’ala, serta berbagai mukjizat lainnya sebagai bentuk pemuliaan Allah subhanahu wata’ala tehadap beliau ‘alaihissalam. Berbagai mukjizat tersebut atas kehendak Allah subhanahu wata’ala melalui kedua tangan Nabi Isa ‘alaihissalam.
Walaupun demikian, orang-orang Yahudi mendustakan beliau dan menyelisihinya, serta berupaya untuk mengganggunya dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. Sehingga hal ini menyebabkan Nabiyullah Isa ‘alaihissalam tidak bisa tinggal dalam satu negeri bersama mereka, namun beliau banyak mengembara, dan ibunya (Maryam) pun ikut mengembara bersama beliau ‘alaihissalam.
Orang-orang Yahudi masih belum puas dengan keadaan ini. Akhirnya mereka pun berusaha menemui Raja Dimasyq (Damaskus) di masa itu. Raja Dimasyq adalah seorang musyrik penyembah bintang, para pemeluk agamanya dikenal dengan sebutan pemeluk agama Yunani.
Ketika orang-orang Yahudi itu sampai kepada raja tersebut, mereka menyampaikan (berita dusta) kepadanya bahwa di Baitul Maqdis terdapat seorang lelaki yang menebarkan fitnah di tengah-tengah manusia, menyesatkan mereka, dan mengajak mereka agar memberontak kepada raja. Si raja pun murka demi mendengar laporan tersebut. Kemudian ia menulis surat kepada wakilnya (kepala daerah) yang ada di Baitul Maqdis, memerintahkan agar menangkap lelaki yang dimaksud, lalu menyalibnya, dan meletakkan duri-duri di kepalanya agar tidak mengganggu orang-orang lagi.
Ketika surat raja itu sampai kepadanya, ia segera melaksanakan perintah rajanya itu. Lalu ia berangkat bersama sekelompok orang Yahudi menuju sebuah rumah yang di dalamnya terdapat Nabi Isa‘alaihissalam. Ketika itu, beliau bersama sejumlah sahabatnya, jumlah mereka ada dua belas atau tiga belas orang. Menurut pendapat yang lain adalah tujuh belas orang. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jum’at, sesudah waktu Ashar, yaitu malam Sabtu. Mereka pun mengepung rumah tersebut.
Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam merasa bahwa mereka pasti dapat memasuki rumah itu atau ia (terpaksa) keluar rumah dan akhirnya pasti berjumpa dengan mereka, maka ia pun berkata kepada para sahabat­nya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia untuk diserupakan dengan diriku? Kelak ia akan menjadi temanku di surga.” Maka ada seorang pemuda yang bersedia untuk itu. Namun Nabi Isa ‘alaihissalam memandang pemuda itu masih terlalu kecil untuk melakukannya. Sehingga ia pun mengulangi permintaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi setiap kali ia mengulangi perkataannya, tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa ‘alaihissalam pun berkata, “(Kalau memang demikian), kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya mirip seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, hingga seolah-olah ia me­mang Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri.
Lalu terbukalah salah satu bagian dari atap rumah itu, dan Nabi Isa ‘alaihissalam tertimpa rasa kantuk yang sangat hingga ia pun tertidur. Dalam keadaan demikian, Allah subhanahu wata’ala mengangkat beliau ‘alaihissalam menuju langit sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 55.
Setelah Nabi Isa ’alaihissalam diangkat ke langit, para sahabatnya keluar. Ketika mereka (orang-orang yang hendak menangkap Nabi Isa ‘alaihissalam) melihat pemuda (yang mirip Nabi Isa ‘alaihissalam) itu, mereka menyangka ia adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Pada malam itu juga mereka menangkap dan menyalibnya, serta meletakkan ­duri-duri di kepalanya.
Orang-­orang Yahudi menampakkan bahwa merekalah yang telah berhasil menyalib Nabi Isa ‘alaihissalamdan mereka merasa bangga dengan hal ini. Ternyata beberapa kalangan dari orang-­orang Nasrani juga mempercayai hal tersebut (bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam disalib) karena kebodohan dan pendeknya akalnya mereka. Kecuali mereka yang ada di rumah tersebut bersama Nabi Isa Al-Masih ‘alaihissalam, mereka tidak mempercayainya karena menyaksikan sendiri bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam diangkat ke langit. Adapun selain dari mereka, semuanya menyangka sebagaimana yang disangka oleh orang-­orang Yahudi, bahwa orang yang disalib itu adalah Isa Al-Masih putra Maryam ‘alaihissalam.
Hingga akhirnya mereka pun menyebutkan (sebuah mitos) bahwa Ibunda Maryam duduk di bawah orang yang disalib itu dan menangisinya. Disebutkan pula bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (yang mereka sangka disalib itu) bisa berbicara dengan ibundanya itu. Wallahu a’lam. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Mereka Sendiri Meragukannya
Walaupun mereka mengaku telah membunuh dan menyalib Isa Al-Masih ‘alaihissalam, namun sebenarnya mereka sendiri ragu, apakah yang dibunuh dan disalib itu benar-benar Nabi Isa ‘alaihissalamatau bukan. Allah Dzat yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya menyatakan (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’: 157).
Kini, Orang-Orang Nasrani Telah Menyimpang dari Ajaran Isa Al-Masih
Orang-orang Nasrani yang masih saja mempercayai bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (Yesus menurut mereka) sudah meninggal dalam keadaan tersalib, maka sungguh mereka telah tertipu. Allah subhanahu wata’ala telah menyelamatkan dan mengangkat beliau ke langit. Dengan kehendak dan kemampuan-Nya, Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup hingga sekarang, dan nanti di akhir zaman, Allah subhanahu wata’alaakan menurunkan beliau kembali ke muka bumi dalam rangka menjalankan syariat Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menyeru umat manusia untuk menauhidkan Allah subhanahu wata’ala, mengajak mereka agar beribadah dan sujud hanya kepada-Nya, serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan.
Demikianlah sejak awal mula diangkat menjadi rasul, sampai meninggalnya nanti setelah turun ke bumi, Nabi Isa ‘alaihissalam senantiasa mengajak umat manusia agar beribadah hanya kepada Allahsubhanahu wata’ala. Nabi Isa ‘alaihissalam tidak akan pernah rela diibadahi dan dipertuhankan. Nabi Isa‘alaihissalam tidak pernah mengajak umatnya untuk menyembah beliau dan tidak pula mengajak umatnya agar sujud kepada ibundanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua sesembahan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116)
Kalau Nabi Isa ‘alaihissalam menyaksikan keyakinan dan kehidupan beragama orang-orang Nasrani sekarang, pasti beliau akan mengingkarinya dan akan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah Rabbku dan Rabb kalian semua.” (Al-Maidah: 72)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali sesembahan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
Ketika turun ke muka bumi ini, Nabi Isa ‘alaihissalam akan berjuang bersama kaum muslimin untuk menegakkan syariat Islam dan memerangi kekufuran dan syiar-syiarnya. Beliaulah yang akan membunuh Dajjal, menghancurkan salib yang merupakan simbol kebesaran dan syiar kaum Nasrani, membunuh babi-babi, dan beliau tidak menghendaki apapun dari orang-orang kafir melainkan mereka harus masuk Islam, karena jizyah (upeti) sudah tidak berlaku lagi. Hal ini sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكَمًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya (Demi Allah), sungguh telah dekat saatnya Isa putra Maryam turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil (yang menjalankan syariat ini), ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, meletakkan (tidak memberlakukan) jizyah, dan harta akan melimpah sampai-sampai tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Wallahu a’lam bish shawab.

PERILAKU ETIKA DALAM PROFESI BISNIS



Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi
1. Akuntansi sebagai Profesi dan Peran Akuntan Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi . Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
2. Ekspektasi Publik Masyarakat umumnya mempersepsikan akuntan sebagai orang yang profesional dibidang akuntansi. Ini berarti bahwa mereka mempunyai sesuatu kepandaian yang lebih dibidang ini dibandingkan dengan orang awam. Selain itu masyarakat pun berharap bahwa para akuntan mematuhi standar dan tata nilai yang berlaku dilingkungan profesi akuntan, sehingga masyarakat dapat mengandalkan kepercayaannya terhadap pekerjaan yang diberikan. Dengan demikian unsur kepercayaan memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan antara akuntan dan pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Nilai-nilai Etika vs Teknik Akuntansi/Auditing
• Integritas : setiap tindakan dan kata-kata pelaku profesi menunjukan sikap transparansi, kejujuran dan konsisten.
• Kerjasama : mempunyai kemampuan untuk bekerja sendiri maupun dalam tim Inovasi : pelaku profesi mampu memberi nilai tambah pada pelanggan dan proses kerja dengan metode baru.
• simplisitas : pelaku profesi mampu memberikan solusi pada setiap masalah yang timbul, dan masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana.
• Teknik akuntansi (akuntansi technique) adalah aturan aturan khusus yang diturunkan dari prinsip prinsip akuntan yang menerangkan transaksi transaksi dan kejadian kejadian tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi tersebut 4. Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan public Setiap akuntan publik sebagai bagian anggota Institut Akuntan Publik Indonesia maupun staff profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus menerapkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik atau sekarang disebut sebagai Kode Etik Profesi Akuntan Publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemberi jasa.Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
1. Prinsip Etika, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.
2. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
3. Interpretasi Aturan Etika, merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Sumber :
http://fira-fieracamiela.blogspot.com/2012/10/bab-iv-perilaku-etika-dalam-profesi.html


ETHICAL GOVERNANCE



1.       Pengertian Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur pemerintahannya. Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:
·         Presidensial
·         Parlementer
·         Semipresidensial
·         Komunis
·         Demokrasi generous
·         generous
Sistem pemerintahan mempunyai sistem yang tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah john menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas berarti pengertian sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu john demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit, Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama john mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.

2.       Budaya Etika
Setiap Negara mempunyai budaya yang berbeda-beda dan dalam setiap budaya biasanya memiliki keunikan tersendiri. Budaya tidak hanya soal kesenian, tapi budaya juga hendaknya diterapkan dalam etika. Budaya etika yang baik pasti akan menghsilkan hal yang baik.tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat, budaya etika juga harus diterapkan  dalam  berbagai bidang misalnya bisnis. Budaya etika tetap harus mengacu pada norma-norma yang ada, dimana norma tersebut tergantung pada lingkungan sekitar. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk atau baik.

3.       Mengembangkan Struktur Etika Korporasi
membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat itulah perlu prinsip-prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan diterapkan, baik dalam entitas korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun jaringan dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses pengembangan diri para pelaku bisnis sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat menjadi “hati nurani” dalam proses bisnis sehingga diperoleh suatu kegiatan bisnis yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya sekadar mencari untung belaka, tetapi juga peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan para pihak yang berkepentingan (stakeholders).

4.       Kode Perilaku Korporasi (Corporate Code of Conduct)
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis PT. Perkebunan dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder. Perilaku perusahaan secara nyata tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya. Dalam mengatur perilaku inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku bisnisnya. Pernyataan dan pengkomunukasian nilai-nilai tersebut dituangkan dalam code of conduct.

5.       Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi
Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman. Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

Pengaruh Etika Terhadap Budaya
1.Etika Personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer yang terinternalisasi menjadi perilaku organisasi yang selanjutnya mempengaruhi budaya perusahaan.
2.Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya perusahaan maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan persusahaan yang pada gilirannya berpotensi menjadi sarana peningkatan kerja


Sumber :